Beranda

Minggu, 11 Februari 2018

Kulukis Senja Di Matamu Part I

Seorang gadis berjalan menyusuri pinggiran pantai. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dimainkan oleh angin pantai. Sesekali air laut menyapu kakinya dengan begitu lembut. Pandangannya tak lepas pada dua orang anak kecil di hadapannya yang sedang tertawa sembari saling memercikkan air laut. Ia tersenyum seolah ikut merasakan kebahagiaan mereka. Sebuah kamera yang selalu menemani kesehariannya tergantung bebas di leher jenjangnya. Benar-benar sesuatu yang indah dan menggembirakan pikirnya.
“Cha. . .!!” jerit dua orang gadis yang berjalan menghampirinya sehingga membuatnya terpaksa mengalihkan pandangan ke arah mereka. Gadis-gadis yang tak lain adalah sahabatnya itu tampak kehabisan nafas karena berlarian.
“Pulang yuk!! Udah hampir magrib nih,” kata seorang diantaranya yang mengenakan jilbab hijau daun. Dia akrab dengan panggilan Lisa.
“Iya nih. Gue juga mau mandi nih. . . Lengket!” kata Agnes dengan gaya coolnya.
Kalian duluan aja, ntar gue nyusul. Tanggung nih. Maklumlah, gue kan baru kali ini datang ke tempat ini, jadi sekalian nambahin koleksi foto-foto gue. Dan kalian tau kan, diantara semua pemandangan,, gue paling suka sama sunset dan sunrise. Keduanya memiliki makna yang mendalam,” kata gadis itu sangat antusias.
“Loe yakin? Ntar klo loe pulang kemaleman terus ngga tau jalan pulang gimana?? Loe kan orangnya buta arah, Cha!” tanya Lisa ragu.
“Yakin. Gue ngga lama kok dan gue pasti bakalan pulang ke tempat yang tepat,” kata gadis itu lagi meyakinkan sahabatnya.
“Ya udah deh klo gitu. Ntar kalo ada apa-apa hubungin aja kita. Jangan kelamaan!!” tegas Agnes setengah mengancam, gadis itu mengangguk dan melambaikan tangannya saat kedua sahabatnya berlalu dari hadapannya.
Gadis itu pun melanjutkan aktifitasnya dan mengarahkan kameranya pada garis khayal pertemuan antara laut dan langit yang terpisah oleh mentari jingga yang sebentar lagi akan menyembunyikan dirinya. Sementara itu, seorang pria melangkah dengan sebuah kanvas yang telah terbingkai rapi serta tas yang terisi dengan alat-alat melukis di tangannya. Ia melambaikan tangan ke arah pria yang berada jauh di depannya. Ia terus berjalan tanpa memperhatikan sekelilingnya dan. . .
BRUGH. . . .
“Loe ngapain sih berdiri di tengah jalan? Ngalangin orang lewat aja!! Ngga liat apa klo gue mo lewat?? Kalo lukisan gue rusak gimana?? Emang loe bisa ganti, HAH!!!” bentak pria itu pada seorang gadis yang ditabraknya. Ia mengamati peralatan yang dibawanya dan berharap tidak ada satupun yang rusak. Ia bernapas lega setelah memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
“Untung ngga ada yang rusak!! Lain kali jangan bengong di tengah jalan!!” kata pria itu lagi. Ia mengalihkan pandangannya pada gadis yang ditabraknya tadi. Gadis itu tampak berdiri dengan susah payah dan tangan gemetar. Ia menunduk memandangi sebuah benda di tangannya. Air matanya perlahan menetes satu persatu dari kedua pipinya.
“Ma. . .Maaf. . . Gue ngga bermaksud membentak loe. Gue hanya khawatir tadi lukisan gue rusak. Soalnya gue udah susah payah buatnya. Maafin gue kalo itu bikin loe takut,” Kata pria itu lagi merasa bersalah dengan semua makiannya.
“Daritadi loe selalu ngomongin lukisan. . .lukisan. . .lukisan aja. Loe ngga tau kalo kamera gue pecah?? Loe ngga tau kan kalo kamera ini benda kesayangan gue?? Hikkss. . . Loe nyalahin gue karena berdiri di tengah jalan??? Gue berdiri di pantai,, bukan di tengah jalan!!! Harusnya loe tuh minta maaf,, kurang besar gimana gue biar bisa loe liat?? Kalo jalan tuh liat-liat. . . Loe yang nabrak gue,, malah gue yang dimaki-maki. Loe takut kan lukisan loe rusak??? Seberapa berharganya lukisan loe buat loe?? Berharga banget kan?? Kamera gue juga sama berharganya buat gue,, jadi sebelum mikirin diri sendiri liat dulu kondisi orang di sekeliling loe!!” kata gadis itu masih dengan terisak. Kali ini ia menatap pria yang membuat kamera kesayangannya itu pecah itu sehingga wajahnya dengan jelas terekam dalam ingatan pria itu. Sedangkan pria yang ditatapnya hanya terdiam memandanginya tanpa berkedip.
“Gue ngga nyuruh loe ganti kamera gue!! Seengganya,, loe bisa intropeksi diri. Gue cabut!!” kata gadis itu lagi meninggalkan pria yang masih terperangah padanya.
“Ya tuhan,, dia itu bidadari gue, kan???” gumam pria itu masih tak berkedip.
“Woy,, Yan!! Loe kenapa sih?? Bengong ngga jelas gitu. Lagian loe ada masalah apa sama gadis barusan? Keliatannya loe marah-marah gitu tadi,” tanya Rehan menepuk pundak sahabatnya itu.
“Nggak kok. Bukan siapa-siapa. Yuk ah,, pulang. Gue cape banget nih,” kata pria itu.

 TBC. . .


Kira~kira mereka bakalan ketemu lagi nggak ya??? Penasaran. . .??? Tunggu lanjutannya yaahhh.... Saranghaeyo. . . . 

Jumat, 05 Januari 2018

That's You Prolog

Author         : PK
Title            : That’s You
Genre          : Romance, Hurt-comfort
Rating         : PG – 17
Length        : Chaptered/series
Cast            :  Park Jiyeon (T-Ara), 
                     Jung Yong Hwa (Cn-Blue), 
                     Park Soyeon (T-Ara), 
                     Lee Jong Hyun (Cn-Blue)
Other Cast   : Seluruh member T-Ara dan Cn-Blue
Disclaimer   : Tokoh adalah milik keluarga dan tuhan yang maha esa, cerita ini asli imajinasi author. So, jika ada kejadian, sifat dari masing-masing tokoh yang menyimpang dari fakta, mohon dimaklumi. Tidak diperuntukkan untuk anak usia di bawah 17 tahun. Don’t plagiat!! Don’t bashing!! Budayakan RCL (Read, Comment, Like). ^^

Annyeong haseyo!!! Akhirnya, setelah merenung dan bersemedi setelah sekian lama, author berhasil membuat satu FF yang merupakan kali kedua setelah Vampire Love Story. Xixixixi. . . . Mian, kalau ceritanya kurang greget. Typo adalah ujian bagi pembaca. Hehehehe. . . . Gamsahamnida…


~ Happy Reading ~
“Jika aku bisa mengembalikan waktu,, aku ingin menghapus kesalahan yang membuat kau meninggalkanku. Aku merindukanmu.” ~ Jong Hyun ~

"Aku hanya bisa berharap agar waktu bisa membuatku memaafkan segalanya dan melupakan dirinya." ~Jiyeon~

"Aku tak pernah berhenti menunggu waktu dimana ia akan berpaling padaku." ~Soyeon~

"Saat orang sibuk untuk memikirkan waktu, aku hanya memikirkan cara agar bisa membuatnya selalu tersenyum." ~Yong Hwa~

Author POV
             Di malam yang begitu sepi, gadis itu terduduk di tepi sungai Han sembari memeluk kedua lututnya. Bahunya tampak bergetar hebat, sayup-sayup terdengar suara isakan tangis. Dari kejauhan tampak seorang pria yang menatapnya tak berkedip. Gadis itu tak menyadari bahwa selain dirinya dan sungai di hadapannya, ada juga seseorang yang menjadi saksi akan kepedihannya di tengah heningnya malam. Sanggupkah ia untuk melanjutkan hidupnya ketika setengah jiwanya telah pergi mencampakkan dirinya??

Tbc


Prolognya singkat aja ya,, readers... Ntar ceritanya habis di prolog. Hehehe. . . .
Jangan lupa kritik dan sarannya. Gomawo. See u next part. Bye bye. . .

Senin, 27 November 2017

Bukti

“Loe ngga punya malu ya?? Atau loe ngga ngerti Bahasa Indonesia?? Harus ya gue ngomongin ini berkali-kali?” bentakku pada seorang gadis di hadapanku. Ia hanya menunduk. Dapat kulihat matanya yang berkaca-kaca. Aku tahu bahwa ia berusaha untuk menahan agar bulirnya tak turun menyusuri kedua pipinya. Sejujurnya aku begitu benci melihat seorang wanita menangis, namun aku benar- benar muak dengan sikapnya yang selalu membuntuti aku.
“Pokoknya, gue ngga mau tau ya!! Loe musti berhenti ngikutin gue!! Kalo perlu, ngga usah munculin muka culun loe di hadepan gue lagi!!” kataku lagi kemudian berbalik meninggalkannya. Bahunya bergetar, sepertinya kali ini ia benar-benar menangis di tengah tawa beberapa siswa yang berada di sekitarnya. Mungkin ini hal terkejam yang pernah aku lakukan. Mempermalukannya di depan banyak orang.
“Apa loe ngga keterlaluan, Ji? Kasihan banget tuh cewek. Ampe bergetar gitu,” kata Sammy berjalan di sampingku. Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan memasang tampang tidak peduli.
“Loe kaya ngga tau sohib kita aja, Sam. . . Kelakuannya udah kaya dia yang paling sempurna di dunia ini. Terlebih lagi dengan makhluk yang bernama cewek. Mana ada yang berani ngedeketin dia dua kali setelah ditolak. Cuman tuh cewek yang ngga ada bosen-bosennya,” sambung Kent setengah mencibir.
“Berisik ah!! Buruan ke lapangan, ntar Pak James ngamuk kalo kita telat!!” kataku pada kedua sahabatku itu. Kami pun mempercepat langkah menuju lapangan basket.
“Hurry Up!!! Run run run!!! Udah telat masih aja nyantai kaya keong!!” teriak seorang pria paruh baya sembari menggemakan peluit yang begitu memekakkan telinga. Akulah yang pertama tiba di hadapan Pak James namun tak ayal juga ia memberiku hukuman berlari mengelilingi lapangan basket yang tergolong luas itu. Beberapa detik kemudian Sammy dan Kent menyusulku, kami hanya saling melirik sembari memasang tampang kesal.
“Sam,, oper. . .!!” jeritku sembari memberi kode, bola pun mengarah cantik ke arahku yang kemudian ku dribble dan shoot. . .
“Nice shoot, Ge!!” teriak pak James yang membuatku menggerutu. Aku benar-benar tak suka jika ia memanggilku seperti itu. “KAMPUNGAN”
“Udah,, jangan nekuk gitu!! Udah kaya pantat bebek!!” canda Kent yang diikuti tawa Sammy.
“Heh!!! Kalian!! Jangan bercanda di lapangan!! Lebih serius,, atau bapak akan menambahkan hukuman!!” seru pak James melotot. Kami pun melengos dan menyudahi kesenangan kami. Satu jam berlangsung dan kami diperbolehkan untuk beristirahat. Aku berjalan menuju bangku di pinggir lapangan. Aku mengerutkan kening saat kulihat sebuah botol mineral berwarna biru tergeletak di samping tas ranselku.

Aku minta maaf jika selama ini kamu merasa terganggu. Aku janji, aku tak akan muncul di hadapanmu lagi.
NB: Kau sangat tampan saat serius bermain. Fight!! J

Aku menghela nafas setelah membaca tulisan yang telah kuketahui siapa pengirimnya. Bukan hanya sekali dua kali, namun hal ini hampir menjadi rutinitas harianku sejak gadis itu masuk ke dalam hidupku. Aku kembali menerawang kejadian yang telah berlalu siang tadi. Yahh,, mungkin Sammy benar, aku sedikit keterlaluan. Aku tak berniat menyakitinya hingga seperti itu. Aku kembali menggeleng, huuhh,, peduli amat pada gadis itu. Intinya, dia tak akan muncul lagi di hadapanku. Dan itu membuatku bahagia. Bahagia?? Sekali lagi aku meyakinkan diriku bahwa aku bahagia karena tidak ada lagi yang mengganggu kehidupanku, meskipun dalam hatiku sedikit terbersit rasa emm rasa yang tak mampu kujabarkan.
Matahari hampir terbenam saat aku tiba di halaman rumah yang dikelilingi oleh pohon-pohon yang membuat udara di sekitarnya sangat sejuk. Rumah yang didominasi oleh warna putih itu memiliki luas di atas rata-rata. Bagaimana tidak jika pemiliknya adalah salah satu pemilik perusahaan ternama di kota ini, Thomas Vernand Oliver. Ditambah lagi dengan fakta bahwa ia menikahi seorang designer terkenal, Valery Agatha. Satu hal lagi yang perlu aku jelaskan bahwa mereka hanya memiliki satu orang anak, George Vernand Oliver. Ya,, tidak salah lagi, akulah dia. Stop!! Aku tak suka jika ada yang memanggilku George,, sebut saja aku Ji. Itulah sapaan orang-orang kepadaku.
“Hey, Ji. Bagaimana sekolah hari ini?? Menyenangkan?” tanya seorang wanita paruh baya dengan tampilan yang sedikit glamour dan make up yang dipoles tipis di wajahnya.
“Sama seperti kemarin, mom. Emm,, where are you go??” tanyaku sembari mendudukkan pantatku ke sofa dan mulai menyetel Televisi yang berada di ruang tengah itu.
“Mommy akan pergi mengunjungi pembukaan perusahaan teman Daddy. Ettss,, ganti dulu pakaian kamu!! Kamu bau, Ji!!” kata Mommy memaksaku untuk bangkit dari zona kenyamananku.
“Bentar lagi, Mom. I’m very tired!!” kataku memelas.
“Mandi dan bersiap-siaplah, Ji!! Ikut bersama kami karena uncle Robby menanti kehadiranmu,” kata Daddy yang melangkah ke arahku. Ia tampak rapi dengan setelan jas biru pekatnya.
“Aku ngga akan pergi,” kataku merajuk.
“Ji!! Dengarkan kata Daddy. Atau fasilitas yang ada padamu akan Daddy ambil,” ancam Daddy yang membuatku mendengus kesal. Dengan berat hati, kulangkahkan kakiku ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap. Tak butuh waktu lama untuk melakukan semua itu dan kini aku telah berada di dalam mobil bersama kedua orang tuaku.
Suasana di pesta itu cukup ramai dan terkesan elegan. Semua undangan yang hadir merupakan kolega bisnis Daddy. Beberapa orang yang kutemui bahkan merupakan pejabat-pejabat penting Negara.
“Hay, Thomas!! Wow,, you look so pretty,, Valery!!” kata seorang pria seumuran Daddy yang Nampak dengan perut buncitnya. Aku hanya menggeleng memperhatikannya.
“Emm,, ini. . .?”
“Oh ya,, ini adalah putraku. Ji,, ini adalah uncle Robby yang mengadakan acara ini,” kata Daddy menjelaskan. Aku tersenyum singkat sembari menjabat tangan uncle Robby.
“Wah,, dia benar-benar tampan. Semoga ia tidak bosan dengan acara ini,” kata pria tadi yang baru kuketahui bernama Robby itu.
“Mom, Dad, Uncle,, aku ingin mengambil minuman di sana,” kataku yang mulai risih dengan pembicaraan mereka yang hampir semua tentang bisnis.
“Oke oke,, silahkan. Nikmati yang kau mau, George. Have fun,” kata uncle Robby yang membuatku sedikit kesal dengan sebutannya untukku. Akupun melangkah meninggalkan mereka. Setelah mengambil salah satu minuman yang terpajang di sana, aku berjalan mengelilingi ruangan pesta yang cukup luas itu untuk menghilangkan kebosananku. Gadis itu?? Bukannya dia. . .??
“Alice??” sapa seorang pria menghampirinya. Aku semakin terkejut mendapati salah seorang sahabatku menghadiri pesta ini. Gadis yang dipanggil alice itu berbalik ke arah pria itu.
“Sammy. . . Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alice mengerutkan keningnya.
“Aku menjadi pelayan pengantar makanan,” canda Sammy.
“Dengan pakaian seperti ini??” tanya Alice lagi. Wajahnya menunjukkan raut yang tidak mengerti. Sebodoh itukah ia sehingga mempercayai candaan Sammy??
“No no no. . . I’m just a joke, Alice. Jangan terlalu serius. Wajahmu terlihat aneh jika seperti itu,” kata Sammy tergelak.
“Kau jahat. Aku memang gadis aneh yang hanya bisa mengganggu. Bahkan Ji pun merasa amat terganggu dengan kehadiranku. Aku hampir saja pindah sekolah saat mendengar ucapannya tempo hari,” kata Alice dengan sendu. Hatiku berdesir mendengar perkataannya.
“Jangan terlalu dihayati, jalani saja semua yang terjadi. Dan menurutku, kau bukan gadis aneh. Bahkan malam ini pun,, kau terlihat cantik,” kata Sammy tersenyum. Ughh. . .,, aku merasa sedikit kesal saat mendengar hal itu, terlebih saat wajah Alice merona karena kata-kata seperti itu. Aku masih berdiam diri menyaksikan obrolan mereka yang sesekali tertawa karena ulah Sammy. Aku sangat mengenal karakter Sammy yang lemah lembut dan penuh humoris. Dan hal yang paling membuatnya terkenal di sekolah selain aku dan Kent adalah ketulusan hatinya. Tak heran jika siapa saja bisa dekat dengannya dan merasa nyaman. Aku tersenyum kecut saat Sammy mengajak Alice berdansa. Ada apa denganku???

@@ *** ~ *** @@
Aku bersandar di pagar tembok sembari memperhatikan setiap orang yang mengenakan seragam sepertiku berlalu lalang di hadapanku. Hampir seminggu aku tak pernah melihat Alice bahkan aku sengaja melewati kelasnya saat jam istirahat dan berharap menemukannya. Tapi hasilnya nihil. Ada yang kurang saat semua telah berubah. Tak ada lagi yang memberiku air mineral setelah latihan, tak ada lagi kotak makan siang, dan tak ada lagi surat-surat itu. Kupikir, aku merindukannya. Benar-benar merindukannya.
Aku tersenyum riang saat kulihat gadis itu berjalan dengan beberapa buku di pelukannya. Ia terlalu memperhatikan jalan sehingga tak melihatku yang sedari tadi memandangnya. Aku menggenggam tangannya saat ia melewatiku dan menariknya menuju koridor perpustakaan yang saat itu sepi karena ini masih pagi. Belum ada tanda-tanda petugas perpustakaan yang datang untuk melaksanakan tugasnya.
“J. . .Ji. . .???” kata Alice gugup begitu melihat siapa yang menariknya kemari.
“Ya, ini gue,” kataku ketus. Aku merutuki kelakuanku yang tak bisa lembut dengan wanita. Seharusnya aku belajar pada Sammy tentang cara memperlakukan wanita.
“Ma..maaf. Aku ngga bermaksud untuk mengganggumu. Ku..kupikir biasanya kau tak pernah datang sepagi ini. Be..besok aku akan berangkat lebih pagi,” katanya menundukkan wajahnya. Ya tuhan, ternyata ia benar-benar melakukan segala hal agar tak muncul di hadapanku.
“Kamu terlalu banyak bicara!!” kataku yang mulai mengikutinya menggunakan aku-kamu. Alice semakin menunduk.
“Merindukanku??” tanyaku lagi masih tetap menatap wajahnya yang tertunduk. Ia menggeleng.
“Really??”
“A..aku ngga seharusnya merindukanmu,” katanya lebih pelan namun aku masih bisa mendengarnya. Aku menarik tubuhnya ke dalam pelukanku.
“Aku merindukanmu, Alice. Maafkan aku,” kataku membuat tubuhnya bergetar. Aku mengerutkan keningku dan menjauhkan tubuhnya dari pelukanku. Ya tuhan, lagi-lagi aku membuatnya menangis.
“Apakah aku menyakitimu lagi?? Apakah kau sudah mendapatkan pria lain? Sammy?” tanyaku. Ia menggeleng dan membuatku semakin tidak bisa mengerti.
“Lalu,, apa yang membuatmu menangis??” Aku terkejut saat ia memelukku tiba-tiba.
“Hiks…. Aku. . . .aku senang. . . Tiap hari,, ti..ap jam,, tiap menit,,, bahkan tiap detik,, hikkss.. aku.. aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Hikks.. Ta…tapi aku ngga mau ka..kalau perasaanku ini memberatkanmu,” kata Alice sembari terisak. Aku tersenyum. Aku benar-benar bahagia. Kuresapi tiap debaran jantungku yang memompa lebih cepat.
“Untuk hari ini dan seterusnya,, kamu hanya milikku. Kamu hanya boleh merindukanku. Kamu hanya boleh tersipu karenaku, kamu hanya boleh tersenyum manis untukku. Aku ngga suka kamu tersenyum tersipu bahkan berdansa dengan pria lain,, sekalipun itu adalah Sammy,” kataku mengelus rambut panjangnya.
“Sammy??? Kapan. . .??”
“Saat pesta perayaan pembukaan perusahaan baru uncle Robby.”
“Ka..kamu datang. .??” aku mengangguk. Cukup lama aku menikmati posisi seperti ini, posisi yang menghangatkan sampai ke relung hatiku. Posisi yang mampu membuatku merasakan detak jantungnya yang juga berpacu seperti yang kurasakan.
“J. . .Ji. . .??”
“Hmm. . .??”
“Bolehkah aku melepasnya?”
“Kenapa?? Kau tak nyaman??”
“Sebentar lagi bel masuk bunyi,, aku tak ingin orang-orang melihat kita,” kata Alice yang menyadarkan tempat kami berada. Ya, kami berada di sekolah. Aku pun melepaskan pelukanku dan mengusap tengkukku. Kami pun memutuskan ke kelas kami masing-masing. Aku melambaikan tangan saat ia hendak masuk di kelasnya. Kami memang berbeda kelas, dan jaraknya cukup jauh. AKu bersikeras untuk mengantarkannya hingga ke depan kelasnya. Kemudian, aku mempercepat langkah kakiku menuju kelasku karena bel telah berbunyi. Aku benar-benar takut pada Mirs Stevy yang akan mengajar pada jam pertama. Ia benar-benar galak. Sepertinya sekolahku adalah sekolah yang dihuni oleh guru-guru killer. Hahahaha
“Loe mau makan apa, Ji?? Hari ini loe yang bayar ya,” tanya Kent cengengesan.
“Dasar tukang makan ngga modal!! Eh,, btw loe kenapa Ji?? Dari tadi bersinar-sinar gitu. Kaya lagi bahagia gimana gitu,” kata Sammy membuat Kent lebih memperhatikanku dan kemudian mengangguk. Aku hanya menggeleng dan tersenyum.
“Wisshh. . . Loe kehabisan obat ya?? Tumben amat tuh senyuman keluar,” kata Kent lagi.
“Ehm. . . Hai. . .,” terdengar suara gadis yang amat kukenal menyapa dari arah belakang. Aku menoleh ke arahnya yang kini berdiri tepat di belakang tempat dudukku.
“Hay, Alice. Loe ada perlu ama gue ya?? Ya udah,, gue ngga jadi makan,” kata Sammy hendak berdiri namun aku menahannya.
“Duduklah, Alice,” kataku menggeser kursi di sampingku. Sammy dan Kent melotot tak percaya melihat kelakuan anehku.
“Wahh,, loe habis nabrak pohon ya, Ji? Loe kaya orang lupa ingatan gitu. Ngga ingat loe kejadian. .emmm….emmpp..,” cerocos Kent yang langsung dibekap oleh Sammy. Rupanya Sammy lebih peka dibandingkan curut yang satu itu.
“Mulai detik ini,, gue ngga mau loe,, apalagi loe,, ngerayu cewek gue!! Dan gue ngga suka ada yang ngerangkul dia apalagi berdansa dengannya,” tegasku sedikit mengancam. Sammy yang merasa dirinya menjadi pembicaraan utama hanya mampu tergelak.
“Udah gue duga,, loe pasti bakalan cemburu malam itu. Gue sengaja ngedeketin Alice karena gue udah liat loe berada ngga jauh dari tempat Alice berdiri. Yaa,, seenggaknya gue ngebantuin loe buat nyadar bahwa loe sayang sama Alice,” kata Sammy masih tertawa. Aku benar-benar malu saat mengetahui kebenarannya.
“Jadi?? Maksudnya ini gimana?? Gue masih kaga faham!!” kata Kent yang dari tadi melongo.
“Loe ngga usah faham, Kent!!” kataku berbarengan dengan Sammy. Kami pun menertawai Kent. Beginilah masa-masa SMA kami,,, masa-masa yang penuh persahabatan dan cinta, terkadang melakukan kesalahan dan menebus kembali kesalahan itu.

Memenangkan hatiku bukanlah satu hal yang mudah,,,
Kau berhasil membuatku tak bisa hidup tanpamu. . .
Menjaga cinta itu bukanlah suatu hal yang mudah. . .
Namun sedetikpun tak pernah kau berpaling dariku. . .
(Virgoun~Bukti)



The End

Senin, 31 Juli 2017

Akhir Sebuah Kisah

Di bawah bintang dan rembulan malam,,
kuteteskan air mata terakhirku untuknya..
kemudian aku tersenyum menatap langit,,
aku harus dapat melepasnya..

aku sadar itu adalah hal tersulit,,
namun aku tetap harus menjalaninya..
aku pun tahu ia kan kecewa dengan keputusanku,,
tpi aku yakin dan percaya,,
dia akan lebih bahagia tanpaku di sisinya..

melalui angin yang mempertemukan kami,,
melalui sinar bintang yang menyinarinya,,
kuucapkan selamat tinggal dengan senyuman..

kini senyuman itu bukan lagi untukku,,
suara indahnya bukan lagi memanggilku,,
dan dirinya bukan lagi milikku..

namun aku tak kan pernah menyesal,,
demi aku, dia dan perasaan ini,,
yang kan abadi dan tertanam dalam bathinku..

Minggu, 09 April 2017

Tips Ngatasin Galau Ala Intan

Hay sahabat author dimanapun kalian berada...
Sebelumnya author mau minta maaf nih karena beberapa alasan jadi author masih belum bisa ngelanjutin cerita author. Mungkin karena beberapa kesibukan author salah satunya adalah waktu-waktu rumit di semester akhir kuliah, ditambah lagi dengan ide-ide author yang lagi ngeblank alias ngga ada ide sama sekali. Tapi,, hari ini kebetulan nih author lagi galau jadi mencoba untuk mencoba beberapa tips untuk ngatasin galau dan hasilnya. . . tereeerengggg. . . bisa kalian coba sendiri ya.... ^_^
Nah, ini dia tips ngatasin galau ala intan. . .
1. Makan
Buat yang hobby makan, ngemil dan sebagainya,,, boleh kok dilakuin. Eits,, tapi inget, buat yang berat badannya udah WOW pake BGT, harus ditahan-tahan dulu ya, ntar galaunya nambah gara-gara berat badan.. hehehehe...
2. Nonton
Kalau lagi galau, author biasanya nonton nih. Tapi, sesuai favorit ya plus hindari tontonan yang bikin mood nambah rusak seperti sad ending or tontonan lainnya yang bukannya ngilangin galau malah bikin galau tambah parah. Seperti author yang kalo lagi galau paling hobby nonton anime. Seru banget,, apalagi kalo nontonnya bareng temen-temen sesama pecinta anime. Dijamin galau langsung melayang deh.
3. Hunting
Buat yang punya hobby keluar, jalan-jalan, muncak, dan sebagainya, lakuin aja hal yang kalian sukai. Makin rame makin asik, tapiiiiii (ada tapinya lagi nih readers) jangan pernah deh nyoba ke tempat-tempat yang bikin kamu makin galau. Misalnya kalian baru aja habis putus ama pacar, trus kalian hunting ke tempat kalian sering pergi bareng atau tempat pertama kali ketemu, wah kacau tuh. Malah bernostalgia lagi sama kegalauan.
4. Membaca
Kalo kalian suka baca buku, kaya komik, novel, karya ilmiah atau buku-buku lainnya, tongkrongin aja tuh perpustakaan. Bisa-bisa seharian berlalu tanpa kalian sadari gara-gara keasikan membaca. Khususnya baca cerita lucu yang bisa bagusin mood kalian lagi.
5. Dengerin Musik
Musik bisa membantu meningkatkan adrenalin kita loh. Jadi, pada saat kita mendengarkan musik yang asik, enjoy, maka kita akan bisa ikut enjoy. Begitupun saat kita mendengarkan musik yang energik, kita jadi terpacu untuk ikut bersemangat. Tapi,, jangan dengerin musik yang membuat galau bertambah ya. Ntar jadi mewek.. 
6. Tidur
Kalau ke lima hal di atas udah kalian lakuin dan mood kalian tetep buruk plus galau nya ngga ilang juga, ya udah tidur aja. Ngga bisa tidur gara-gara galau? Wahh,,, parah banget tuh.... Mungkin ada baiknya kalian perlu konsultasi ke psikiater karena salah satu ciri orang depresi adalah ngga bisa tidur selama beberapa hari... Hehehehe..
Oke,, author rasa cukup untuk tipsnya. Selamat mencoba dan semoga galaunya ilang ya...
Bye bye. . .

Sabtu, 31 Desember 2016

Special edition

Happy new year 2017,, readers.. mohon maaf klo author banyak salah dan banyak kata-kata dalam karangan author yang nyakitin pembaca... sebenarnya author ngga khilaf, hanya kebetulan dapat idenya kaya gitu. Haahaha... semoga di tahun ini banyak readers baru yang menemaniku.. hehehe... selamat menikmati indahnya tahun 2017. Annyong haseyo!! Bye bye.. emmuacchh.. 😘😘😘😙

Kamis, 29 Desember 2016

Vampire Love Story Chapter 5



Author : intan_dyan
Title     : vampire love story
Rating  : NC-17
Type     : chapter
Genre   : romance, action
Cast     : Jung Yong Hwa (CN-blue), park jiyeon (T-ara), lee jong suk, park shin hye.
warning : Fanfict ini asli imajinasi pengarang dan terdapat kata-kata dan adegan yang tidak diperbolehkan untuk dibaca oleh anak di bawah 17 tahun.
#no copy #no bashing


Pertemuan yang membuat hilangnya akal pikiranku. Seharusnya aku menghindarinya, tapi hati ini memaksa untuk tetap diam dan tidak menghindarinya. Aku benar-benar terpesona. -Jiyeon
Jika aku harus mengorbankan segalanya demi dia, aku rela yang terpenting dia bahagia. -Yong hwa

Chapter 5
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 

Jiyeon POV
“Jiyeon-ssi!!” Aku mendengar suara yang tak asing memanggilku. Aku menoleh dan melihat senyumannya lagi. Senyuman yang tak dapat kulupakan sejak kemarin. Senyuman yang selalu membuatku berdebar-debar. Namun aku tak ingin semua ini membuat kerahasiaan identitasku terancam. Akupun segera memalingkan wajahku darinya dan mempercepat langkahku.
“Hey!! Apa aku salah? Mengapa kau menghindariku?” Dengan terpaksa aku berhenti ketika ia berhasil mengejarku dan menahan tanganku.
“Aku rasa kita tidak begitu dekat, jadi ada keperluan apa kamu denganku?” Tanyaku dengan nada ketus berusaha menyembunyikan suara jantungku yang memompa lebih cepat.
“Tapi aku merasa terikat denganmu sejak pertemuan kemarin. Jadi, ada atau tidaknya keperluanku denganmu, aku akan selalu di sisimu saat bertemu denganmu,” Balasnya tersenyum dan mengacak rambutku.
“Yaakk!! Apa yang kau lakukan?? Aku tak suka seseorang memegang rambutku!!”
“Dan mulai saat ini kau akan menyukainya! Ayo, kita ke kelas. Bel masuk akan segera berbunyi,” Katanya masih menggenggam tanganku. Ia berjalan sembari menarik paksa tanganku dengan lembut dan lagi-lagi aku terpaksa mengikutinya dengan wajah tertunduk.
“Good morning, handsome!” Kata seorang gadis manis tepat di hadapan kami sehingga Yong Hwa menghentikan langkahnya dan akupun menabrak punggungnya karena ia berhenti tiba-tiba.
“Kau tak apa-apa? Apakah sakit?” Tanya Yong Hwa berbalik dan menatap wajahku yang memanas. Aku hanya menggeleng.
“Bisakah kau tak berdiri di tengah koridor? Kau menghalangi orang lewat!” kata Yong Hwa kepada gadis itu. Aku mengangkat wajahku. Astaga! Aku benar-benar tak ingin berurusan dengan gadis ini!
“Oh, maaf. Aku hanya ingin menyapamu dan emm pengikutmu tentunya. Apakah kau ingin langsung ke kelas? Tak ingin berjalan denganku dulu?” Tawar gadis itu lagi.
“Maaf, Kim Yoona-ssi. Bel masuk akan berbunyi sebentar lagi dan aku tak mau membolos di minggu pertama aku sekolah. Oh ya, satu hal lagi, dia bukan pengikutku tapi aku memaksanya untuk bersedia kuikuti. Jadi tolong jaga ucapanmu! Ayo kita ke kelas,” Kata Yong Hwa kemudian kembali menarik lembut tanganku.
“Jamkkanman. Boleh aku bicara dengan gadis kacamata itu sebentar?”
“Namanya Park Jiyeon dan aku tak memperbolehkannya bicara denganmu. Annyeong.”
Aku kembali mengikuti Yong Hwa yang kini berjalan dengan kesal. Rupanya moodnya kali ini berubah buruk. Baru kali pertama aku melihat seorang pria yang merasa terganggu oleh kehadiran Yoona, sang bidadari di sekolah ini.

Yong Hwa
Aku melangkah dengan kesal. Ya, penyihir itu membuat moodku menjadi buruk di pagi ini. Namun satu hal yang aku sukai, aku suka saat melihat wajah gadis yang kini kugenggam berubah menjadi memerah. Semoga saja penyihir itu tak berani menyentuh gadisku. Aku akan mempermalukannya di sekolah ini jika ia berani melakukannya. Lagi-lagi aku tersenyum saat memikirkan bahwa ia adalah gadisku.
“Aku akan mengantarmu pulang hari ini, jadi jangan mencoba melarikan diri karena aku akan mengejarmu. Oke?” Kataku saat aku telah mengantarkannya dengan aman di bangkunya.
“Aku bisa pulang sendiri!” Katanya ketus namun aku tersenyum saat melihat wajahnya memerah.
“Aku anggap itu adalah pertanda setuju darimu,” Kataku mengacak rambutnya.
“Hey! Apa yang kalian lakukan? Katakan padaku apa yang terjadi! Apakah kalian telah menjadi sepasang kekasih?” Tanya seorang gadis berlari ke arah kami dengan suara cemprengnya. Aku ingat, dia adalah sahabat dari gadisku. Namanya...?? Arrgghh aku tak mengingatnya.
“Tak ada yang perlu dijelaskan, nona Park! Duduklah dan salin tugasmu!” kata Jiyeon memberikan sebuah buku ke hadapan gadis itu. Ya, namanya Park Shin Hye.
“Tidak untuk kali ini, sayang. Aku telah mengerjakannya semalaman. Hahaha,” kata Shin Hye tertawa.
“Oh ya, hari ini ada kedai baru yang terbuka di samping rumah Bibi Hyemi, ayo kita ke sana sepulang sekolah,” katanya lagi dengan penuh semangat.
Aku melihat Jiyeon melirikku dan aku memasang wajah yang berarti bahwa aku tak mau dia pergi bersama sahabatnya itu. Kulihat ia menggerutu tapi aku senang melihatnya seperti itu. Ia benar-benar menarik.
“Maaf, nona Park. Aku punya kepentingan mendesak hari ini dan aku akan langsung pulang ke rumah,” katanya dengan wajah bersalah.
“Baiklah. Lain kali aku akan memintamu ke sana lagi dan kau tak boleh menolaknya untuk yang kedua kalinya. Sepertinya aku akan meminta Jong Hyun oppa untuk menjemputku hari ini,” kata Sin Hye. Aku tersentak mendengar nama yang disebut oleh gadis yang disebut Nona Park itu. Apakah kebetulan bahwa hyung memiliki nama yang sama dengan kenalannya? Aku menyingkirkan kemungkinan itu dan mulai mengalihkan perhatianku pada Tuan Kim yang telah memasuki ruang kelas untuk memberikan pelajaran yang sangat kusukai itu.

Author POV
Tampak dua orang gadis dan seorang pria berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Di sekitar mereka pun tampak siswa yang mengenakan seragam yang sama dengan mereka juga berjalan bahkan ada yang berlarian menuju arah gerbang. Suasana pulang sekolah memang selalu ramai seperti ini.
“Jadi, kalian akan pulang bersama? Daebakk!! Ayolah Jiyeon-ah,, jujurlah padaku. Apakah dia namjachinggu mu?” Tanya Shin Hye dengan wajah yang benar-benar penasaran.
“Anniya. Kebetulan saja rumah kami searah. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Jadi, kau akan dijemput oleh Jong Hyun-ssi?” Tanya Jiyeon berusaha meyakinkan sahabatnya itu. Shin Hye mengangguk senang.
“Apakah lagi-lagi kau menolaknya?”
“Aku sangat mencintainya, Jiyeon-ah. Tapi aku benar-benar belum bisa menikah dengannya. Aku ingin membahagiakan eoma dan appa, membuktikan bahwa aku juga bisa sukses tanpa dipengaruhi oleh latar belakang mereka yang terkenal di kalangan bangsawan,” kata Shin Hye tersenyum.
“Bagaimana jika suatu saat nanti dia berpaling pada gadis lain?” Tanya Jiyeon lagi mengangkat alisnya.
“Pria itu jika benar-benar menyayangi seorang gadis maka ia akan bertahan sampai gadis itu jenuh dan memilih pria lain,” Kata Yong Hwa tiba-tiba membalas perkataan Jiyeon.
“Aku setuju padamu, Yong!” Kata Shin Hye kemudia melakukan “tosh” dengan Yong Hwa. Jiyeon hanya mencibir kesal karena merasa ditindas oleh dua orang yang bekerja sama membuatnya kesal.
“Ohh.. Jong Hyun oppa!!!” Jerit Shin Hye sembari melambaikan tangannya pada seseorang yang sedang berdiri di depan sedan merah dengan setelan jas hitam mewah yang tersenyum ke arah mereka. Shin Hye pun berlari sembari menarik tangan Jiyeon menuju ke arah pria itu. Yong Hwa terpaksa mempercepat langkahnya.
“Tuan Jung? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya pria itu saat mereka telah berada tak jauh dari mereka.
“Hyung?? Harusnya aku yang bertanya padamu. Ini sekolahku, apakah kau akan menjemputku? Tapi aku bawa kendaraan sendiri,” kata Yong Hwa memeluk pria itu.
“Tidak. Aku akan menjemput gadisku,” Bisik pria itu pada Yong Hwa.
“Gadismu? Bahkan ia selalu menolakmu,” Kata Yong Hwa terkekeh dan menerima satu pukulan telak di perutnya yang membuatnya meringis.
“Hyung? Apakah pria ini yang kau bilang adik bocahmu yang pindah dari Jepang oppa?” Tanya Shin Hye melirik ke arah Yong Hwa.
“Nde? Bocah?? Siapa yang bocah hyung?” Protes Yong Hwa kesal.
“Emm,, dan dia??” Tanya pria itu melirik ke arah Jiyeon yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan mereka.
“Oh iya, ini sahabatku oppa. Namanya Jiyeon, Park Jiyeon.”
“Hai, Jiyeon-ssi. Aku Jong Hyun, Lee Jong Hyun. Senang bertemu denganmu.”
“Akupun senang bisa bertemu lagi denganmu, Jong Hyun-ssi.”

Ya, tak salah lagi. . . Orang ini adalah dia! Orang yang sangat ingin bertemu lagi denganku, tidak, bukan denganku. Tapi dengan Yejin yang mengaku menjadi aku. Rupanya kau hanya ada di sekitarku. Lalu? Apakah kau juga berkaitan dengan semua ini Tuan Jung? Tidak!! Aku yakin tidak, tepatnya aku berharap semuanya tidak berkaitan denganmu. Dia adalah tuan Lee, dan kau Tuan Jung! Sinar mata hijau itu sangat berbeda dengan warna hitam pekat yang ada di kedua matamu. Aku mendapatkanmu, Vladillen!!

Tbc
Akhirnya,, Chapter 5 selesai..
Terima kasih sudah setia menunggu, Readers.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Jangan lupa kritik dan sarannya di kolom komentar, readers.. Gamsahamnida.... ^^