Beranda

Senin, 19 Agustus 2013

Gadis Camfrog itu milik gue


Pagi itu begitu cerah,, secerah wajahnya yang sedang berkutat dengan Laptop biru yang selalu bersamanya. Terkadang ia tersenyum, tertawa tertahan, dan ekspresi-ekspresi lain yang ditunjukkannya saat ia asyik di hadapan laptopnya (*menurut Kevin itu benar-benar manis). She’s so cute!! And perfect!! Sudah 2 minggu Kevin merhatiin dia, tepatnya sejak pertama kali Kevin melihatnya. Kevin jadi tahu tempat favorite yang selalu dipilih oleh gadis itu saat tiba di tempat dimana Kevin sering nongkrong untuk membantu sobat Kevin yang tak lain adalah pemilik warkop  “SR9 computer” ini.
Parahnya, selama waktu dua minggu itu, Kevin sama sekali nggak punya keberanian untuk menyapanya atau bertegur sapa dengannya. Kevin selalu gugup saat melihatnya. Meski gadis itu terkesan ramah karena dia selalu tersenyum dan menyapa pada setiap orang yang nongkrong di tempat ini, namun tetap saja keberanian Kevin langsung lenyap ketika ia berhadapan dengannya.
“Woyy!!! Bengong aja!! Liat apa sih??” tanya Zhul mengejutkan.
“Anjritt,, loe!!! Ngagetin aja,” umpat Kevin berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Jantungnya berdebar begitu kencang.
“Siapa sih??” tanya Zhul lagi kemudian menyapu ruangan di arah timur yang sedari tadi diperhatikan sahabatnya sampai tak berkedip.
“Itu yang loe liat?? Yang mana?? Yang pake jilbab atau nggak?? Gue kenal kok sama mereka. Yang mana sih??” tanya Zhul penasaran. Ia benar-benar ingin tahu siapa yang membuat sahabatnya itu tertarik hingga seperti itu.
“Apaan sih loe?? Gue tuh tadi lagi mikirin sesuatu,, gue nggak liat dia kok,” kata Kevin kemudian kembali menekuri bacaan di hadapannya.
“Tapi beneran deh,, gue kenal mereka kok. Dan gue sedikit merasa klo loe tertarik sama salah satu dari mereka,” tebak Zhul membuat wajah Kevin memerah.
“Emang siapa mereka??” tanya Kevin berpura-pura acuh tak acuh meski hatinya benar-benar ingin tau nama cewek itu.
“Berhubung menurut loe itu itu nggak penting,, ya udahh,” kata Zhul hendak meninggalkan Kevin. Ia ingin memancing sahabatnya itu agar berterus terang padanya. Namun jurus itu nggak berhasil, Kevin tetap tak mengacuhkannya. Zhul merutuki sifat Kevin yang seperti batu itu. Gimana caranya dia mau dapat cewek klo dia sama sekali nggak peka,, dingin seperti es batu. Gerutu Zhul dalam hatinya.
“Berapa semuanya, kak??” tanya cewek itu kemudian. Ia berdiri tepat di hadapan Kevin yang asli membuat Kevin berubah gugup. Ia memainkan jemarinya di atas meja. Mengetuk-ngetuk meja nggak jelas, itu adalah kebiasaaan Kevin saat ia gugup. Zhul yang memperhatikannya sedari tadi hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
“Emm,, semuanya 25ribu,, dengan es caffucino kan??” tanya Kevin berusaha terlihat santai. Cewek itu mengangguk dan memberikan selembar uang lima puluh ribuan. Kevin pun memberikan kembaliannya.
“Makasih, kak,” kata cewek itu kemudian meninggalkan Kevin. Tetapi baru melangkah beberapa langkah ia berbalik.
“Sweaternya keren,,,” kata cewek itu sembari tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Wajah Kevin memerah. Ia dapat merasakan dadanya berdebar begitu kencang. Ya tuhan,, ia benar-benar indah. . . Bagaimana kau bisa menciptakan gadis secantik dia?? gumam Kevin dalam hati.
“Namanya Intan. Satu kampus,, emm tepatnya satu kelas ama Litha,” kata Zhul saat berada di samping Kevin. Litha adalah kekasih Zhul. Kevin menatap ke arah Zhul. Keningnya berkerut.
“Apa hubungannya ama gue?” tanya Kevin cuek.
“Loe bisa boong sama semua orang tapi tidak untuk gue. Kita tuh udah temenan sejak kecil, Vin. Loe tau nggak klo loe selalu ngetuk-ngetuk meja saat loe gugup?? Dan gue yakin, klo sekarang gue raba jantung loe, pasti debarannya masih kencang,” kata Zhul. Kevin terdiam. Ia memang tak bisa menyembunyikan semua itu dari sahabat kesayangannya itu.
“Sebelum loe terjatuh lebih dalam,, gue cuman mau ngingetin kalo dia ama loe tuh beda. Keyakinan yang kalian anut tuh beda. Gue cuman nggak mau klo loe terpuruk diakhir setelah mengetahui hal ini,” lanjut Zhul lagi memperingatkan.
“Apa karena perbedaan itu, gue nggak boleh jatuh cinta ma dia?? gitu?? Gue nggak pernah dengan sengaja menciptakan perasaan ini, perasaan ini ada begitu aja, Zhul,” kata Kevin nanar.
“Gue nggak bilang klo loe nggak boleh sayang sama dia. Gue hanya mau ngasitau loe, siapa tau klo loe tau di akhir, loe bakalan kecewa luar biasa,” kata Zhul menepuk pundak sohibnya itu.
“Gue nggak pernah mempermasalahkan hal itu,” kata Kevin mantap.
“Loe udah pernah nyapa dia?? Udah minta nomor HP?? Udah pernah sms dia belom?” tanya Zhul lagi.
Kevin hanya nyengir kemudian mengatakan bahwa ia tidak memiliki keberanian untuk menyapa cewek yang dikaguminya itu. Bahkan namanya saja ia ketahui dari Zhul. Zhul hanya menggeleng-geleng. Ia tak menyangka bahwa sahabatnya payah dalam soal beginian. Benar-benar payah!! Segala macam nasehat ia katakan pada Kevin dan jawaban Kevin selalunya sama.
“Gue nggak berani!!” kata Kevin lagi. Kalimat itu sudah diucapkannya berulang-ulang dan ini adalah kalimat ketujuhnya setelah Zhul menyampaikan saran berikutnya. Zhul menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Heran plus pusing,, mikirin Kevin yang cengar-cengir sedari tadi.
“Aseeemmm loe!! Disuruh gini, nggak berani. Gitu,, nggak berani.. Loe beraninya apa?? ya udah, usaha sendiri deehhh,” kata Zhul kesal. Yang dikatain malah senyam-senyum nggak jelas. Itu membuat Zhul makin gemes dan ingin mencabut habis rambut yang melekat di kepala Kevin.
“Tunggu aja,, pasti ada saatnya gue berani,” kata Kevin menenangkan Zhul yang makin kesal.
“Keburu diembat sama cowok lain tau. Ntar loe nyesel lagi. Mumpung dia lagi jomblo soalnya gue denger-denger dia udah putus ama cowoknya,” kata Zhul tapi Kevin hanya menatapnya dengan senyuman dan itu membuat Zhul bener-bener keseeeeelllll....

                                                                  $$ # # # $$      

Zhul memperhatikan seorang cewek yang datang dengan Spacy Hijaunya. Kemudian pandangannya beralih pada Kevin yang masih asyik dengan game pada komputer di hadapannya. Rupanya ia tak menyadari kedatangan Intan. Intan berjalan menuju ke arah Zhul yang sedang berhadapan dengan Kevin. Posisi Kevin membelakangi arah pintu masuk di warkop itu sehingga Zhul yakin bahwa Kevin benar-benar tidak menyadari hal itu. Tepat saat Intan berada di dekat mereka, Zhul menempatkan telunjuk di tengah-tengah bibirnya yang mengkode pada Intan untuk diam. Intan pun menghentikan langkahnya tepat di belakang Kevin.
“Vin,, klo misalnya nih ya, loe punya keberanian, loe mau bilang apa sama Intan?” pancing Zhul. Intan mengerutkan keningnya heran karena namanya dibawa-bawa.
“Apaan sih loe???
“Jawab aja!!! Toh orangnya nggak ada. Anggap aja gue ini Intan,” kata Zhul menaikkan satu alisnya.
“Yee,, Intan tuuh manis, cute, cantik, ramah,,, She’s perfect!! Very...very...very...perfect. Jangan disamain ama loe donk!!” kata Kevin. Zhul tersenyum karena rupanya Kevin mulai terpancing. Wajah intan memerah mendengar ucapan Kevin.
“Iya deehh...iya,,, jawab aja pertanyaan gue,” kata Zhul. Kevin menghentikan permainannya dan menatap Zhul.
“Klo misalnya nih gue punya keberanian di depannya dia, gue bakalan bilang,, heyy cewek camfrog,, gue sukaaaa banget ama loe. Semua yang loe punya,, senyuman loe, tatapan mata loe, dan semua muanya. . . Maaf kalo gue suka, tapi perasaan ini muncul sendiri tanpa gue ciptakan. Gue tau, pasti loe nggak percaya karena loe baru kenal ama gue, bahkan mungkin nama gue aja loe nggak tau. Tapi gue selalu merhatiin loe tiap kali loe di sini. Loe selalu duduk di pojok sana, mesen secangkir caffucino, dan chatingan via camfrog. Iya kan?? Loe tau nggak?? Gue suka banget ekspresi wajah loe saat loe senyum-senyum, cengengesan, mengerutkan kening, manyun, dan semuanya yang pernah loe keluarin saat loe sibuk dengan camfrog loe itu. Loe pasti nggak tau kan bahwa tiap jam,,,tiap menit,, bahkan tiap detik gue selalu merhatiin loe. Pas loe ngebayar semuanya,, gue selalu gugup. Loe nggak tau kan seberapa kuat jantung ini berdebar saat loe tersenyum tepat di hadapan gue,, khusus buat gue. Dan gue. . . .,” ucapan Kevin terhenti saat ia berdiri kemudian berbalik tepat di hadapan Intan. Ia terdiam, diam seperti patung. Zhul menanti respon Intan. Satu detik....dua detik....tiga detik...empat detik..lima detik...
“Gue tau itu semua kok,” kata Intan memecah kesunyian. Zhul mengerutkan keningnya tak mengerti. Kevin masih tetap mematung.
“Gue tau klo loe selalu merhatiin gue, gue juga tau klo loe tau kesukaan gue. Awalnya gue heran aja, kenapa setelah 3 kali gue duduk di tempat yang sama, keempat kali dan seterusnya, tempat itu selalu kosong, seperti sengaja dikosongin. Dan kenapa belakangan ini, bahkan baru aja gue pesen secangkir caffucino, pesenan gue langsung ada. Akhirnya gue tau bahwa itu adalah kerjaan loe, Kevin,” kata Intan sembari tersenyum.
“Nama gue. . . .,??” tanya Kevin heran.
“Yaa,, gue tau kok nama loe. Loe salah klo loe bilang gue nggak tau nama loe,” kata Intan.
“Maaf,, gue keluar dulu ya, kalian lanjut aja ngobrolnya,” kata Zhul pamit karena ia merasa bahwa ia hanya akan jadi penghalang bagi mereka. Ia pun melangkah meninggalkan mereka.
“Loe nggak tau kan klo selama ini gue nyari tau tentang loe?” tanya Intan lagi. Kevin hanya menggeleng. Intan tersenyum, senyuman yang selalu meluluhlantakkan hati Kevin.
“Loe tau nggak,, selama ini gue selalu nungguin saat-saat dimana loe nyapa gue atau bahkan senyum ke gue. Dan itu nggak pernah terjadi. Gue udah berusaha buat bikin loe seengaknya tersenyum sama gue. Tapi hasilnya nihil. Malah guee sempet mikir bahwa loe benci ama gue,” kata Intan.
“Nggak kok,, beneran,.. Gue hanya nggak berani. Gue nggak tau harus ngomong apa. Dan maaf atas kata-kataku yang lancang tadi,” kata Kevin.
“Nggak apa kok. Selama itu beneran tulus keluar dari hati loe,” kata Intan.
“Maksud loe???”
“Maksud gue,, nggak masalah. Yang penting yang loe bilang tadi itu beneran,, bukan sekedar rekayasa segala,” kata Intan lagi.
“Serius kok,, gue bener-bener serius suka sama loe,” kata Kevin akhirnya berani mengungkapkan isi hatinya.
“Aku juga,” kata Intan menunduk malu. Ia tersipu.
“Jadi?? Loe. . . loe juga...suka sama gue gitu??” tanya Kevin. Intan hanya mengangguk.
“Loe mau dong jadi pacar gue??” tanya Kevin lagi dengan penuh semangat. Lagi-lagi Intan mengangguk. Tiba-tiba Kevin memeluk tubuh mungil Intan dan mengangkat serta berputar-putar. Ia benar-benar bahagia.
“Terima kasih tuhan. . . . Gadis ini sekarang menjadi milik gue. . . Cuman gue,,, thanks god.... I love u so much,, gadis camfrog!! Wooyyy,,, gadis camfrog ini milik gue. . . .!!! Kevin Anggara Putra. . .,” jerit Kevin. Ia tak memperdulikan orang-orang yang mulai berdatangan di warkop itu. Satu hal yang ia tahu pasti bahwa gadis yang selama ini dikagumi, diperhatikannya. Kini telah menjadi miliknya. Milik Kevin Anggara Putra.

Cinta itu ibarat Caffucino,,,
Manis. . .
Jika kau menyukainya. . .
Nikmat,, jika kau menyesapnya perlahan. . .
Hingga akhir,, tetap mempunyai rasa yang sama
Dan selalu ingin menjaganya
Menjaga agar ia tetap semanis itu. . .
Selanjutnya,, kau ingin terus menyicipinya. . .


THE END

Writed By: Intand Sii Putrii Kelinci ^^