Pagi
itu begitu cerah,, secerah wajahnya yang sedang berkutat dengan Laptop biru
yang selalu bersamanya. Terkadang ia tersenyum, tertawa tertahan, dan
ekspresi-ekspresi lain yang ditunjukkannya saat ia asyik di hadapan laptopnya
(*menurut Kevin itu benar-benar manis). She’s so cute!! And perfect!! Sudah 2
minggu Kevin merhatiin dia, tepatnya sejak pertama kali Kevin melihatnya. Kevin
jadi tahu tempat favorite yang selalu dipilih oleh gadis itu saat tiba di
tempat dimana Kevin sering nongkrong untuk membantu sobat Kevin yang tak lain
adalah pemilik warkop “SR9 computer” ini.
Parahnya,
selama waktu dua minggu itu, Kevin sama sekali nggak punya keberanian untuk
menyapanya atau bertegur sapa dengannya. Kevin selalu gugup saat melihatnya.
Meski gadis itu terkesan ramah karena dia selalu tersenyum dan menyapa pada
setiap orang yang nongkrong di tempat ini, namun tetap saja keberanian Kevin
langsung lenyap ketika ia berhadapan dengannya.
“Woyy!!!
Bengong aja!! Liat apa sih??” tanya Zhul mengejutkan.
“Anjritt,,
loe!!! Ngagetin aja,” umpat Kevin berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
Jantungnya berdebar begitu kencang.
“Siapa
sih??” tanya Zhul lagi kemudian menyapu ruangan di arah timur yang sedari tadi
diperhatikan sahabatnya sampai tak berkedip.
“Itu
yang loe liat?? Yang mana?? Yang pake jilbab atau nggak?? Gue kenal kok sama
mereka. Yang mana sih??” tanya Zhul penasaran. Ia benar-benar ingin tahu siapa
yang membuat sahabatnya itu tertarik hingga seperti itu.
“Apaan
sih loe?? Gue tuh tadi lagi mikirin sesuatu,, gue nggak liat dia kok,” kata
Kevin kemudian kembali menekuri bacaan di hadapannya.
“Tapi
beneran deh,, gue kenal mereka kok. Dan gue sedikit merasa klo loe tertarik
sama salah satu dari mereka,” tebak Zhul membuat wajah Kevin memerah.
“Emang
siapa mereka??” tanya Kevin berpura-pura acuh tak acuh meski hatinya
benar-benar ingin tau nama cewek itu.
“Berhubung
menurut loe itu itu nggak penting,, ya udahh,” kata Zhul hendak meninggalkan
Kevin. Ia ingin memancing sahabatnya itu agar berterus terang padanya. Namun
jurus itu nggak berhasil, Kevin tetap tak mengacuhkannya. Zhul merutuki sifat
Kevin yang seperti batu itu. Gimana caranya dia mau dapat cewek klo dia sama sekali nggak
peka,, dingin seperti es batu. Gerutu Zhul dalam hatinya.
“Berapa
semuanya, kak??” tanya cewek itu kemudian. Ia berdiri tepat di hadapan Kevin
yang asli membuat Kevin berubah gugup. Ia memainkan jemarinya di atas meja.
Mengetuk-ngetuk meja nggak jelas, itu adalah kebiasaaan Kevin saat ia gugup.
Zhul yang memperhatikannya sedari tadi hanya tersenyum sembari menggelengkan
kepalanya.
“Emm,,
semuanya 25ribu,, dengan es caffucino kan??” tanya Kevin berusaha terlihat
santai. Cewek itu mengangguk dan memberikan selembar uang lima puluh ribuan.
Kevin pun memberikan kembaliannya.
“Makasih,
kak,” kata cewek itu kemudian meninggalkan Kevin. Tetapi baru melangkah
beberapa langkah ia berbalik.
“Sweaternya
keren,,,” kata cewek itu sembari tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Wajah
Kevin memerah. Ia dapat merasakan dadanya berdebar begitu kencang. Ya tuhan,, ia
benar-benar indah. . . Bagaimana kau bisa menciptakan gadis secantik dia??
gumam Kevin dalam hati.
“Namanya
Intan. Satu kampus,, emm tepatnya satu kelas ama Litha,” kata Zhul saat berada
di samping Kevin. Litha adalah kekasih Zhul. Kevin menatap ke arah Zhul.
Keningnya berkerut.
“Apa
hubungannya ama gue?” tanya Kevin cuek.
“Loe
bisa boong sama semua orang tapi tidak untuk gue. Kita tuh udah temenan sejak
kecil, Vin. Loe tau nggak klo loe selalu ngetuk-ngetuk meja saat loe gugup??
Dan gue yakin, klo sekarang gue raba jantung loe, pasti debarannya masih
kencang,” kata Zhul. Kevin terdiam. Ia memang tak bisa menyembunyikan semua itu
dari sahabat kesayangannya itu.
“Sebelum
loe terjatuh lebih dalam,, gue cuman mau ngingetin kalo dia ama loe tuh beda.
Keyakinan yang kalian anut tuh beda. Gue cuman nggak mau klo loe terpuruk
diakhir setelah mengetahui hal ini,” lanjut Zhul lagi memperingatkan.
“Apa
karena perbedaan itu, gue nggak boleh jatuh cinta ma dia?? gitu?? Gue nggak
pernah dengan sengaja menciptakan perasaan ini, perasaan ini ada begitu aja,
Zhul,” kata Kevin nanar.
“Gue
nggak bilang klo loe nggak boleh sayang sama dia. Gue hanya mau ngasitau loe,
siapa tau klo loe tau di akhir, loe bakalan kecewa luar biasa,” kata Zhul
menepuk pundak sohibnya itu.
“Gue
nggak pernah mempermasalahkan hal itu,” kata Kevin mantap.
“Loe
udah pernah nyapa dia?? Udah minta nomor HP?? Udah pernah sms dia belom?” tanya
Zhul lagi.
Kevin
hanya nyengir kemudian mengatakan bahwa ia tidak memiliki keberanian untuk
menyapa cewek yang dikaguminya itu. Bahkan namanya saja ia ketahui dari Zhul.
Zhul hanya menggeleng-geleng. Ia tak menyangka bahwa sahabatnya payah dalam
soal beginian. Benar-benar payah!! Segala macam nasehat ia katakan pada Kevin
dan jawaban Kevin selalunya sama.
“Gue
nggak berani!!” kata Kevin lagi. Kalimat itu sudah diucapkannya berulang-ulang
dan ini adalah kalimat ketujuhnya setelah Zhul menyampaikan saran berikutnya.
Zhul menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Heran plus pusing,, mikirin Kevin
yang cengar-cengir sedari tadi.
“Aseeemmm
loe!! Disuruh gini, nggak berani. Gitu,, nggak berani.. Loe beraninya apa?? ya
udah, usaha sendiri deehhh,” kata Zhul kesal. Yang dikatain malah senyam-senyum
nggak jelas. Itu membuat Zhul makin gemes dan ingin mencabut habis rambut yang
melekat di kepala Kevin.
“Tunggu
aja,, pasti ada saatnya gue berani,” kata Kevin menenangkan Zhul yang makin
kesal.
“Keburu
diembat sama cowok lain tau. Ntar loe nyesel lagi. Mumpung dia lagi jomblo
soalnya gue denger-denger dia udah putus ama cowoknya,” kata Zhul tapi Kevin
hanya menatapnya dengan senyuman dan itu membuat Zhul bener-bener
keseeeeelllll....
$$ # # # $$
Zhul
memperhatikan seorang cewek yang datang dengan Spacy Hijaunya. Kemudian
pandangannya beralih pada Kevin yang masih asyik dengan game pada komputer di
hadapannya. Rupanya ia tak menyadari kedatangan Intan. Intan berjalan menuju ke
arah Zhul yang sedang berhadapan dengan Kevin. Posisi Kevin membelakangi arah
pintu masuk di warkop itu sehingga Zhul yakin bahwa Kevin benar-benar tidak
menyadari hal itu. Tepat saat Intan berada di dekat mereka, Zhul menempatkan
telunjuk di tengah-tengah bibirnya yang mengkode pada Intan untuk diam. Intan
pun menghentikan langkahnya tepat di belakang Kevin.
“Vin,,
klo misalnya nih ya, loe punya keberanian, loe mau bilang apa sama Intan?”
pancing Zhul. Intan mengerutkan keningnya heran karena namanya dibawa-bawa.
“Apaan
sih loe???
“Jawab
aja!!! Toh orangnya nggak ada. Anggap aja gue ini Intan,” kata Zhul menaikkan
satu alisnya.
“Yee,,
Intan tuuh manis, cute, cantik, ramah,,, She’s perfect!!
Very...very...very...perfect. Jangan disamain ama loe donk!!” kata Kevin. Zhul
tersenyum karena rupanya Kevin mulai terpancing. Wajah intan memerah mendengar
ucapan Kevin.
“Iya
deehh...iya,,, jawab aja pertanyaan gue,” kata Zhul. Kevin menghentikan
permainannya dan menatap Zhul.
“Klo
misalnya nih gue punya keberanian di depannya dia, gue bakalan bilang,, heyy
cewek camfrog,, gue sukaaaa banget ama loe. Semua yang loe punya,, senyuman
loe, tatapan mata loe, dan semua muanya. . . Maaf kalo gue suka, tapi perasaan
ini muncul sendiri tanpa gue ciptakan. Gue tau, pasti loe nggak percaya karena
loe baru kenal ama gue, bahkan mungkin nama gue aja loe nggak tau. Tapi gue
selalu merhatiin loe tiap kali loe di sini. Loe selalu duduk di pojok sana,
mesen secangkir caffucino, dan chatingan via camfrog. Iya kan?? Loe tau nggak??
Gue suka banget ekspresi wajah loe saat loe senyum-senyum, cengengesan,
mengerutkan kening, manyun, dan semuanya yang pernah loe keluarin saat loe
sibuk dengan camfrog loe itu. Loe pasti nggak tau kan bahwa tiap jam,,,tiap
menit,, bahkan tiap detik gue selalu merhatiin loe. Pas loe ngebayar semuanya,,
gue selalu gugup. Loe nggak tau kan seberapa kuat jantung ini berdebar saat loe
tersenyum tepat di hadapan gue,, khusus buat gue. Dan gue. . . .,” ucapan Kevin
terhenti saat ia berdiri kemudian berbalik tepat di hadapan Intan. Ia terdiam,
diam seperti patung. Zhul menanti respon Intan. Satu detik....dua detik....tiga
detik...empat detik..lima detik...
“Gue
tau itu semua kok,” kata Intan memecah kesunyian. Zhul mengerutkan keningnya
tak mengerti. Kevin masih tetap mematung.
“Gue
tau klo loe selalu merhatiin gue, gue juga tau klo loe tau kesukaan gue.
Awalnya gue heran aja, kenapa setelah 3 kali gue duduk di tempat yang sama,
keempat kali dan seterusnya, tempat itu selalu kosong, seperti sengaja
dikosongin. Dan kenapa belakangan ini, bahkan baru aja gue pesen secangkir
caffucino, pesenan gue langsung ada. Akhirnya gue tau bahwa itu adalah kerjaan
loe, Kevin,” kata Intan sembari tersenyum.
“Nama
gue. . . .,??” tanya Kevin heran.
“Yaa,,
gue tau kok nama loe. Loe salah klo loe bilang gue nggak tau nama loe,” kata
Intan.
“Maaf,,
gue keluar dulu ya, kalian lanjut aja ngobrolnya,” kata Zhul pamit karena ia
merasa bahwa ia hanya akan jadi penghalang bagi mereka. Ia pun melangkah
meninggalkan mereka.
“Loe
nggak tau kan klo selama ini gue nyari tau tentang loe?” tanya Intan lagi.
Kevin hanya menggeleng. Intan tersenyum, senyuman yang selalu meluluhlantakkan
hati Kevin.
“Loe
tau nggak,, selama ini gue selalu nungguin saat-saat dimana loe nyapa gue atau
bahkan senyum ke gue. Dan itu nggak pernah terjadi. Gue udah berusaha buat
bikin loe seengaknya tersenyum sama gue. Tapi hasilnya nihil. Malah guee sempet
mikir bahwa loe benci ama gue,” kata Intan.
“Nggak
kok,, beneran,.. Gue hanya nggak berani. Gue nggak tau harus ngomong apa. Dan
maaf atas kata-kataku yang lancang tadi,” kata Kevin.
“Nggak
apa kok. Selama itu beneran tulus keluar dari hati loe,” kata Intan.
“Maksud
loe???”
“Maksud
gue,, nggak masalah. Yang penting yang loe bilang tadi itu beneran,, bukan
sekedar rekayasa segala,” kata Intan lagi.
“Serius
kok,, gue bener-bener serius suka sama loe,” kata Kevin akhirnya berani
mengungkapkan isi hatinya.
“Aku
juga,” kata Intan menunduk malu. Ia tersipu.
“Jadi??
Loe. . . loe juga...suka sama gue gitu??” tanya Kevin. Intan hanya mengangguk.
“Loe
mau dong jadi pacar gue??” tanya Kevin lagi dengan penuh semangat. Lagi-lagi
Intan mengangguk. Tiba-tiba Kevin memeluk tubuh mungil Intan dan mengangkat
serta berputar-putar. Ia benar-benar bahagia.
“Terima
kasih tuhan. . . . Gadis ini sekarang menjadi milik gue. . . Cuman gue,,,
thanks god.... I love u so much,, gadis camfrog!! Wooyyy,,, gadis camfrog ini
milik gue. . . .!!! Kevin Anggara Putra. . .,” jerit Kevin. Ia tak
memperdulikan orang-orang yang mulai berdatangan di warkop itu. Satu hal yang
ia tahu pasti bahwa gadis yang selama ini dikagumi, diperhatikannya. Kini telah
menjadi miliknya. Milik Kevin Anggara Putra.
Cinta
itu ibarat Caffucino,,,
Manis.
. .
Jika
kau menyukainya. . .
Nikmat,,
jika kau menyesapnya perlahan. . .
Hingga
akhir,, tetap mempunyai rasa yang sama
Dan
selalu ingin menjaganya
Menjaga
agar ia tetap semanis itu. . .
Selanjutnya,,
kau ingin terus menyicipinya. . .
THE END
Writed By:
Intand Sii Putrii Kelinci ^^